Pages

Subscribe
Showing posts with label Seputar Dunia. Show all posts
Showing posts with label Seputar Dunia. Show all posts

Piala Super Eropa


Kenali lawanmu, maka setengah kemenangan ada ditanganmu.

Mengetahui sisi terkuat dan terlemah lawan kemudian mengoptimalisasi kemampuan pribadi menciptakan antiteori untuk menghadapi lawan.

Atletico Madrid, calon lawan Inter di Piala Super Eropa nanti adalah sebuah tim besar yang selalu berada dibawah bayang-bayang rival tradisional sekota mereka el Galacticos Real Madrid.

Keberadaan mereka tidak dapat dianggap remeh. Skuad mereka diisi pemain "buangan" namun memiliki kualitas bintang. Sebut saja Diego Forlan pemain terbaik Piala Dunia 2010, Kun Aguero, Raul Garcia, Thomas Ujfalusi, Jose Antonio Reyes, Tiago Mendes, Simao Sabrosa.

Permasalahan utama mereka terletak pada sistem permainan yang belum memiliki pakem. Selain itu tidak meratanya kemampuan tim utama dengan para subs membuat jomplang kekuatan saat pemain inti absen.

Lalu siapa yang menang nantinya .......?

Tentu saja Internazionale !

Maya kdi

Musim kompetisi belum mulai, malas ngeblog neeeh !


Belum dimulainya kompetisi terbaik sejagat, yaitu Serie-A Liga Italia membuat blog ini sepi posting. Ditambah koneksi internet kantor yang super lemot. Cape deh.

Belum ada sinyal sesuatu yang menggairahkan. Ditambah kehadiran infolinks justru membuat kecepatan loading blog ini sedikit berkurang. Akhirnya diakali dengan mengurangi beberapa widget yang kurang berfungsi semisal Google Friend Connect yang tujuannya semula adalah menjaring para suporter Inter seluruh dunia ( maunya sih begitu ).

Belum adanya nama besar yang hadir di Intermilan, juga gonjang-ganjing tak jelas seputar Mario Balotelli yang diributkan akan keluar, sementara spekulasi kedatangan Mascherano terus dihembuskan meski yang empunya Intermilan yaitu Mr. Moratti sendiri udah menyatakan ga penting banget akan kehadiran Mascherano karena sudah memiliki pemain dengan tingkat kecerdasan lebih baik dan loyalitas teruji. Siapa itu ? ya benar sekali..... el Chucu Cambiasso.

Earning adsense tumpangan juga masya Allah ga beranjak naik, infolinks juga belum menjanjikan sehubungan blog ini sepi......hiks. Kalo boleh, bagi rekan rekan sekalian yang udah sangat berpengalaman tolong dong gimana caranya biyar blog ini rame gitu. Sharing ilmunya ya........

Salman Khan

The Candidate


Piala Dunia kali ni benar-benar menghadirkan kejutan besar. Kandidat tradisional juara, Brasil serta Argentina tersingkir. Bahkan Argentina secara tragis dibantai Jerman 4-0.

Di era sepakbola modern saat ini, sebuah skuad tidak lagi dapat mengandalkan ' magic ' seperti yang ada dalam diri Messi atau Kaka. Sepakbola modern saat ini adalah sebuah keseimbangan tim di setiap lini. Mulai pertahanan hingga sektor penyerangan,

Begitu menakutkankah Brasil ?. Jelas tidak. Lini belakang mereka memang yang terbaik di dunia. Namun lini tengah tidak menjamin keseimbangan karena hanya diisi pemain dengan kapasitas yang tidak jelas. Dunga seharusnya belajar dari laga awal saat Felipe Melo dikartu merah. Hal ini terulang lagi justru pada partai krusial. Lini depan juga sama saja. Hanya memiliki Luis Fabiano yang memang tajam namun tidak akan ada artinya jika tidak ditopang dengan suplai bola dari tengah.

Beberapa tim telah menunjukkan keseimbangan disetiap lini. Misalnya Belanda, mereka memiliki kiper dengan standar baik. Bek pekerja keras, Van Bommel sebagai destroyer dengan teknik tekel dan menghentikan yang baik, sayap aktif pada Kuyt dan Robben, striker penjelajah Van Persie, serta maskot keberuntungan Intermilan, Sneijder.

Begitu juga Jerman, mereka punya Khedira sebagai metronom, Oezil sebagai playmaker, Schweinsteiger sebagai penjelajah, Podolski sebagai striker bayangan dan Klose yang meski tua namun mampu menjalankan fungsi dengan baik.

Satu kandidat lain adalah Spanyol. Meski tertatih-tatih akhirnya melaju jauh. Skuad mereka tergolong lengkap dengan bek-bek terbaik Spanyol, gelandang Barca serta striker ternama Torres dan Villa.

Kestabilan dan determinasi adalah kunci dari turnamen kali ini. Siapa kandidat juara menurut anda ?

Salman Khan

The Most Idiot : Diego Maradona


Diego Maradona harus melupakan ambisinya untuk menjadi orang yang sukses mengangkat Piala Dunia sebagai pemain dan pelatih.

Menilik hasil yang didapat saat melawan Jerman, terlihat bahwa el Diego terlalu percaya diri dengan hanya memasang satu gelandang tengah yaitu Mascherano. Hasilnya sukses, Argentina luluh lantak.

Memang harus diakui para pemain Argentina memiliki keungulan skill dibanding pemain Jerman. Namun Jerman telah memainkan sepakbola secara benar dengan kolektifitas tim dan spirit untuk bertarung hingga akhir. Sedangkan para pemain Argentina terlalu banyak mendribel dan mempertontonkan skill yang tentu saja tidak efektif.

Kembali pada Maradona, kedongkolan saya jelas berdasar pada tidak dibawanya dua pemain andalan Intermilan yang jelas pasti akan sangat berguna bagi tim Tango. Tidak efektifnya Otamendi , serta betapa bobroknya kinerja Gabriel Heinze di sisi kiri pertahanan Argentina seharusnya disikapi oleh Maradona dengan memanfaatkan pengalaman dan mental juara Javier Zanetti.

Para pemain Argentina bekerja tumpang tindih. Bahkan Mascherano hanya berjalan-jalan di tengah pertandingan. Tidak ada koordinasi, juga tidak ada semangat untuk mengejar ketinggalan. Hal ini dapat disiasati seharusnya dengan spirit dan umpan - umpan terukur dari Esteban Cambiasso.

Harus diingat juga bahwa Diego Milito tidak hanya goalgetter yang telah teruji, namun secara cerdas juga mampu mendistribusikan bola dan bermain untuk tim. Berbeda dengan Di Maria atau Tevez yang terkesan " cari nama ".

el Tango pulang kampung sekarang. Jelas ini merupakan tamparan keras bagi Maradona yang angkuh dan terlalu percaya diri.

Salman Khan

Mascherano ? no chance !


Meski kedatangan Rafael Benitez dikhawatirkan akan merubah fondasi skuad yang ada saat ini, namun harus diingat bahwa Rafa mempunyai hak penuh untuk menentukan siapa pemain yang akan dipakai atau bahkan terbuang.

Beberapa nama sudah dipastikan tidak dipakai misalnya Ricardo Quaresma, Amantino Mancini, Nicolas Burdisso, bahkan gosip semakin santer terdengar bahwa Benitez tidak menyukai bek kanan terbaik dunia milik Inter saat ini, Maicon.

Satu nama besar yang selalu dikaitkan dengan Intermilan setiap tahunnya adalah Steven Gerrard. Meski sudah kita bahas pada posting sebelumnya, namun mengingat hubungan Rafa Benitez sebagai pelatih Liverpool musim lalu membuat rumor semakin kencang.

Sekali lagi, mengeluarkan Gerrard dari Liverpool sama saja dengan mengeluarkan Javier Zanetti dari Intermilan. Hal yang bukan hanya tidak mungkin, namun merupakan suatu hal yang mustahil.

Terkait dengan Liverpool, satu nama lain yang santer terdengar adalah Javier Mascherano. Kapten Argentina saat ini tersebut memang seorang latino yang berarti ia memiliki banyak kolega di Inter. Ini akan membuat rasa nyaman dan kekeluargaan memudahkan Mascherano beradaptasi. Namun satu hal yang perlu diperhatikan bahwa Inter telah memiliki satu gelandang jangkar dengan tipe sama namun dengan spesifikasi lebih baik pada diri Esteban Cambiasso.

Beberapa kali memang Rafa Benitez sempat mencoba pengembangan posisi Mascherano di Liverpool. Ia sempat memainkan Masch sebagai bek kanan dan bek kiri. Hal aneh mengingat umumnya ia dipasang sebagai jangkar dan hasil ujicoba itu tidak terlalu bagus. Namun Cambiasso telah membuktikan kapasitas sebagai defender hebat. Ia pernah bermain sebagai bek tengah, bek kiri dan metronom Inter. Kunci kestabilan Inter selama beberapa tahun ini dapat dikatakan merupakan kontribusi Cambiasso sebagai pendistribusi bola dan metronom di lini tengah Inter.

Mascherano memang pemain hebat untuk posisinya. Namun Inter tidak membutuhkan tipe pemain seperti ini lagi karena sudah memiliki pemain dengan standar lebih baik dan loyalitas yang lebih teruji.

Jabulani Effect


Saat pagelaran Piala Dunia 2010 Afrika Selatan akan dimulai, begitu banyaknya keluhan dan komplain yang disampaikan, baik mengenai lapangan latihan, hotel dan lain sebagainya. Namun satu keluhan paling menonjol adalah mengenai bola yang akan dipakai nantinya : Jabulani.

Keluhan terutama datang dari para kiper mengenai betapa sulitnya mengantisipasi laju dan arah bola. Kiper Inggris Robert Green merasakan sendiri efek Jabulani ini dan melakukan blunder fatal.Sementara kiper Jepang sangat menyesal gawangnya kebobolan meski sudah mampu menepis bola keras sepakan Sneijder.

Apapun itu, show must go on. Banyaknya jagoan besar bertumbangan membuat Piala Dunia kali ini penuh kejutan. Siapa sangka Spanyol tumbang ditangan " catenaccio" Swiss. Dan siapa sangka pula Jerman ditumbangkan Serbia dengan Stankovic-nya.

Meski awalnya tidak tertarik, namun setelah saya menang besar saat taruhan Prancis vs Mexico lalu, akhirnya saya menyadari bahwa Piala Dunia kali ini memberikan dimensi keasikan yang berbeda. Senang saat sebuah tim bermain baik dengan variasi teknik dan serangan hebat. Kecewa saat menyaksikan sebuah tim bermain monoton dan bermain laiknya amatiran.

Fifth in a row


Dengan diraihnya scudetto ke-18, berarti Inter telah mencatatkan lima scudetto secara berurutan.

Namun scudetto kali ini terasa lebih sah, karena semua tim besar seperti Roma, Juve, Fiorentina bahkan AC Milan memulai start dengan situasi yang lebih baik tidak sama dengan tahun-tahun sebelumnya.

Penentuan scudetto kali ini juga lebih dramatis dan hingga pekan terakhir. Mengenai spekulasi hengkangnya Jose Mourinho sepertinya sudah jelas bahwa jika Inter meraih Treble Winners musim ini, Jose Mourinho akan hengkang dengan klub peminat antrian teratas adalah el galacticos Real Madrid.

Sangat disayangkan karena Jose Mourinho justru berpeluang menambah koleksi gelar prestisius dan catatan gemilang kepelatihannya dengan Piala Super Italia, Piala Super Eropa jika Inter juara Liga Champions dan Piala Dunia antar klub. Namun Jose Mourinho adalah profesional sejati. Ia berhak pindah ke klub lain demi tantangan baru di tempat yang baru pula. Namun akan sangat menyenangkan jika ia bertahan setidaknya setengah musim lagi guna mentasbihkan diri sebagai pelatih sukses dengan pasukan terbaik, pasukan Inter.

Ups !


Tidak bisa dipungkiri ada yang aneh saat partai Siena vs Internazionale. Meski pada babak pertama memang Inter terlihat frustasi dan gamang menghadapi Siena karena begitu displinnya lini pertahanan Siena mulai dari tengah hingga bek. Apalagi disaat bersamaan rival terdekat yaitu AS Roma sepertinya menang mudah karena sudah unggul 2-0 atas Chievo.

Peristiwa unik pun terjadi. Terlihat sewaktu pelatih Alberto Malesani begitu "akrab" dengan Francesco Toldo yang seolah mengantarkannya saat keluar dari ruang ganti menuju lapangan.

Skandal sepertinya juga terjadi saat malesani menarik dua pilar penting yaitu Edmilson Cribari dan Massimo Maccarone yang bermain sangat baik pada babak pertama. Pertandingan kemudian menjadi mudah dan mulai terlihat ada space atau ruang di lini pertahanan Siena yang pada babak pertama sebenarnya sangat solid. Gol Milito akhirnya sepertinya tercipta berkat ruang yang tercipta di lini belakng Siena, bukan karena setpiece atau passing yang bagus dari tengah.

Terlepas dari hal ini, semoga tidak terjadi apapun yang bisa menodai kemenangan Inter. Dan yang terpenting Inter menang dan meraih Scudetto ke-18 !.

Play Your Emotions !

Mario Balotelli

Rasa marah, ambisi memang sangat diperlukan dalam menghadapi apapun. Namun yang terpenting kita harus bisa mengontrol dan memanage rasa amarah untuk bisa memberi hasil positif.

Seperti insiden yang terjadi pada Materazzi dan Zidane di final Piala Dunia 2006, saat melawan Roma di Final Coppa Italia lalu terlihat bahwa pemain Inter secara benar mampu mengontrol emosi diri sendiri dan mempermainkan emosi lawan.

Pada beberapa situasi, hal seperti ini sah dan boleh dilakukan. Terlihat bahwa beberapa trik yang dilakukan oleh pemain Inter mampu memanaskan situasi hingga kapten Roma yang katanya kebanggaan Italia, Francesco Totti dikartu merah. Sebuah tindakan yang sangat bodoh.

Pemain besar adalah pemain yang mampu menjaga attitude dirinya sendiri sehingga mampu memberi pengaruh positif bagi orang lain apalagi jika dia adalah seorang pemimpin. Seperti Totti misalnya.



They will never forget this football !


Sedikit terkejut saat membaca pernyataan bek Barca Gerard Pique yang menyatakan bahwa Leg ke-dua nanti akan menjadi sebuah mimpi buruk bagi Inter, mereka akan ketakutan dan akan membenci sepakbola karena hasil yang mereka peroleh nantinya akan sangat buruk.

Sebuah ego yang besar dan rasa percaya diri yang sangat tingi. Namun saat ini mereka pasti tidak akan dapat melupakan momen sepakbola yang mereka peroleh saat melawan Inter.

Bermain hampir 2/3 lapangan, mengurung habis pertahanan Inter memainkan sepakbola khas dari kaki ke kaki yang indah namun semua tak berhasil dan merupakan sebuah omong kosong menghadapi negative football milik Inter.

Apapun ceritanya, Barca harus menelan ambisi dan obsesi mereka untuk gelar Liga Champions musim ini. Ini mimpi buruk yang jadi kenyataan buat Pep yang harus belajar lebih banyak lagi bahwa sepakbola memiliki batas waktu permainan dan kita harus berpacu dan bermain lebih sistematis untuk memperoleh kemenangan.



Tactician


Jose Mourinho dan Sir Alex ferguson

Di sepakbola modern saat ini, dimana hasil akhir berupa kemenangan adalah segalanya, ada beberapa ahli taktik yang patut diutamakan di eropa musim ini. Di luar Jose Mourinho pelatih Inter sendiri, ada beberapa nama yang juga sangat kapabel dalam urusan strategi permainan.

1. Cesare Prandelli

Pelatih kalem dan bertangan dingin. Mampu memaksimalkan para pemain " seken " alias buangan atau tidak terpakai di klub lamanya menjadi pemain hebat dan sangat menakutkan.

Bagaimana ia mencium bakat dan merekrut para pemain cadangan semisal Alberto Gilardino, Adriano, Stevan Jovetic hingga terakhir Keirrison.Ia mampu membawa Fiorentina melangkah jauh di eropa dan hanya kalah agregat dari Bayern Muenchen.

Jika Jose jadi pergi meninggalkan Inter, akan sangat menyenangkan melihat Cesare Prandelli menjadi allenatore untuk La Beneamata.

2. Sir Alex ferguson

Masih merupakan sosok mumpuni di percaturan persepakbolaan dunia. Namun Sir Alex nampaknya tidak beruntung musim ini karena tidak lagi memiliki pemain yang mampu membuat perubahan 180 derajat semisal Cristiano Ronaldo.

3. Louis Van Gaal

Pelatih beken asal Belanda yang mampu mengubah mentalitas para pemain Bayern Muenchen menjadi sangat tangguh musim ini. Memberikan sebuah sistem permainan apik dengan poros Mark Van Bommel- Franck Ribbery dan Arjen Robben. Mampu menekan dan bermain spartan hingga bisa mencetak 2 gol meski sudah ketinggalan 3-0 saat melawan Manchester United bukan hal biasa.



Tricky Offside


Anda mungkin sering menyaksikan permainan Barcelona, klub asuhan Pep Guardiola saat ini. Terlihat alur permainan bola dar kaki ke kaki sangat baik, mengandalkan dua attacker winger dan satu hitman di depan.

Barcelona adalah klub yang tidak di inginkan untuk dihadapi jika menghadapi sebuah pertandingan.

Apakah sedemikian menakutkannya kah Barcelona ?. Sebenarnya tidak. Klub ini sebenarnya sangat rentan dan rapuh dari segi permainan.

Permainan bola kaki ke kaki sebenarnya karena instruksi agar bola tidak berlama lama berada di satu kaki dan bola lebih banyak dikuasai. Meski menuntut skill baik untuk penguasaan bola, namun ini bukan sesuatu yang luar biasa. Dan juga untuk lini tengah Barca yang dihuni breaker semisal Toure Yaya, Seydou Keita atau Sergio Busquet dan bahkan Rafa Marquez, akan selalu menghentikan upaya pertama lawan dalam membangun serangan biasanya dengan melakukan pelanggaran. Biasanya hal ini akan berbuah freekick biasa, namun dengan sedikit akting ekspresi kesakitan serta cara jatuh yang hebat, jika beruntung gelandang ini akan dihadiahi kartu kuning hingga mungkin saja kartu merah.

Jika klub opponent memiliki seorang pemain dengan naluri radar, yang mampu memperkirakan alur bola dan mampu memotong umpan, strategi ini jelas tidak berfungsi.

Untuk winger, bisa dilakukan dengan zonal marking oleh 2 bek tengah untuk menghentikan tembakan langsung dari tengah serta marking ketat bergantian oleh bek sayap dan 2 jangkar tengah.

Satu lagi, strategi Barca ( baca Barsya ) yaitu Tricky offside. Yaitu membiarkan satu atau dua pemain sendiri offside sebagai pemancing kelengahan bek lawan. Sementara pemain lain akan menggiring sendiri bola, beradu sprint dengan bek lawan, atau tik-tak satu dua sebelum garis offside. Taktik ini memang sangat ampuh. Butuh konsentrasi tinggi dan bek hebat untuk mengantisipasi karena lengah sedetik saja akan dihukum dengan gol.


Launching


Memperingati 102 tahun berdirinya Intermilan, maka kami dengan ini meluncurkan satu blog lagi dengan tema sama yaitu Intermilan-blog dengan URL: http://intermilan-blog.blogspot.com

Bedanya, blog ini sepenuhnya berbahasa Inggris namun semua beritanya tetap bersumber dari blog utama yaitu blog ini. Satu lagi, pangsa pasarnya diharapkan datang dari luar negeri, beda dengan blog ini dengan segmen pasar lokal.

Diharapkan kritik dan saran dari para rekan blogger semua.

EQ vs IQ



Mungkin kita sering membaca berita atau menonton di TV bahwa emosi sesaat harus dibayar mahal ? Sering terjadi beberapa kasus kriminal justru terjadi hanya karena ketidak mampuan mengontrol emosi.

Dalam hal ini kita akan berbicara mengenai kasus antara Zidane dan Materazzi di Final Piala Dunia lalu.

Meski kita tidak mengetahui secara pasti detil kejadian, namun insiden tandukan Zidane terhadap Materazzi jelas sangat merugikan , baik bagi Zidane atau bagi Timnas Prancis sendiri. Prancis akhirnya harus kehilangan Zidane karena kartu merah, dan keluarnya Zidane jelas meruntuhkan moral pasukan Les Bleus yang memang sengaja membawa Zidane ke turnament meski cedera demi untuk menaikkan moral tim.

Secara pribadi saya lebih mendukung Materazzi terlepas dari apapun yang dikatakan terhadap Zidane. Secara Teknis, Materazzi memang berbeda dengan Zidane. Matrix adalah seorang defender brilliant, memiliki postur tinggi besar, teknik tinggi, sedikit nakal, dan mampu bermain emosi dengan lawan.

Di turnament itu, Materazzi jelas menunjukkan bahwa selain teknik dan kharisma hebat yang dimiliki Zidane, kita juga harus memiliki hal lain yaitu kemampuan mengontrol emosi dalam kondisi apapun. Zidane adalah pemain hebat, semua orang mengakui. namun saat dalam kondisi penting, justru mampu dipermainkan emosinya oleh orang lain. Materazzi menyadari hal ini, dan akhirnya mendapatkan keuntungan.

Jelas saja saat dimintai tanggapannya soal Zidane yang tak akan memaafkannya, Materazzi mengatakan " No Word " . Karena meski Zidane bukan Tuhan yang selalu bisa untuk memaafkan, namun seseorang harus berani memaafkan untuk membuktikan bahwa dia adalah seorang pemain besar dengan jiwa besar.

Mari kita saksikan kembali drama yang bahkan menjadi sangat populer dan menjadi sejarah tersendiri dalam perhelatan Piala Dunia 2006 itu.




It's not about money

Direktur Transfer Inter Marco Branca


Sudah menjadi rahasia umum mengenai ketertarikan Inter terhadap Gelandang dan kapten Liverpool Steven Gerrard.

Inter sudah pernah secara langsung menawar harga Gerrard dulu saat Christian Veri dan Mohammed Kallon masih bermain di Inter. Namun Liverpool menolak meski saat itu Inter siap membayar mahal ditambah barter pemain.

Seperti posting sebelumnya, Gerrard jelas masuk kategori pemain Inter. Dari segi wajah, pergerakan dan kelayakannya ia mengenakan kostum nomor 8. Namun Gerrard adalah ikon bagi Liverpool, sama halnya Francesco Totti bagi AS Roma, Delpiero di Juventus, dan Raul di Madrid. Meski sangat profesional namun sepertinya uang dan prestasi bukanlah lagi sebuah daya tarik bagi Gerrard untuk dapat meninggalkan Liverpool. Ditambah lagi keharusan untuk beradaptasi dengan lingkungan baru dan sistem permainan baru.

Mendatangkan Gerrard ke Inter bukanlah sebuah mimpi. Masalahnya bukan lagi uang, namun loyalitas dan kecintaan Gerrard terhadap kostum merah Liverpool itu sendiri.

Wanna be Inter's Player ? It's easy



Santer dibicarakan saat periode transfer agustus lalu para pemain yang akan bergabung dengan inter. Mulai dari nama-nama besar kategori superstar,hingga pemain standar kategori pelapis.

Termasuk diantaranya adalah Christian Ledesma dan Marek Hamsik. Untuk posting kali ini kita coba ambil sampel menggunakan Marek Hamsik.Meski permainannya banyak dipuji oleh media dan beberapa klub tertarik untuk mendatangkannya, namun kemampuan Hamsik belumlah mencapai standar untuk menjadi pemain Inter.

setidaknya ada beberapa faktor penting untuk menjadi pemain Inter :

1. Tipikal wajah

Kita bisa melihat betapa miripnya Javier Zanetti dengan Nicola Ventola, Julio Cruz, Francesco Toldo dengan Thiago Motta dan Sinisa Mihajlovic, Milito dengan Burdisso, Cambiasso dengan Sneijder dan Pandev juga yang lainnya. Jadi kalo menilik dari faktor ini, seperti kata abg sekarang " gak dapat " lah atau dengan kata lain Hamsik tidak masuk kategori dari segi wajah. Sebagai Gambaran, mari kita lihat :







2. Cara berlari/ bergerak tanpa bola saat bertanding

Perhatikanlah dengan seksama, para pemain Inter memiliki kesamaan tipe gerak saat berlari atau saat berjalan tanpa bola. Hamsik tidak memiliki kategori ini.

3. Standar penampilan untuk mendapatkan satu nomor di Inter.

Anda kenal Diego Maradona ? dia adalah legenda. Pele juga kenal kan ?. Apa sih kesamaan keduanya ?. keduanya sama sama terkenal dengan kostum nomor 10 nya.
Di Inter juga ada patron seperti ini. Jika pemilik sebuah nomor di Inter pergi, maka penggantinya adalah pemain dengan tipikal sama dengan standar yang sama atau bahkan lebih. Saat Emre Belozoglu ( kostum no 5 )keluar, masuklah nomor 5 yang baru yaitu Dejan Stankovic. Begitu juga dengan kiper. Ada Zenga, Pagliuca, Peruzzi, Frey, Toldo semuanya kategori kelas satu dengan nomor punggung 1.

Saat Luigi di Biagio ( 14 ) out datanglah Juan Veron ( 14 ) , kemudian masuklah Vieira dengan karakter sama namun lebih bertahan.

Namun saya bukanlah Massimo Moratti. Semuanya bisa saja terjadi. Saat Moratti menginginkan pemain, berapapun harganya, bagaimanapun caranya pemain itu pasti akan mengenakan kostum Inter.

Mau jadi pemain Inter ? coba deh miliki minimal 2 kategori saja.